Senin, 06 Juli 2009

Kiat India agar tetap Mendunia


Kebangkitan Kedua Sinema India

Oleh : Heru Emka


Saat menontonnya, bisa jadi Anda meragukan identitas film ini : Apakah film India, atau film Mandarin ? Film Chandni Chowk in China. garapan sutradara Nikhil Advani memang sebuah film hibrida, yang digarap dalam semangat untuk mencari ‘wilayah baru’ bagi pemasaran film India, yang dari terus bertambah kuotanya. Kita baru saja menyaksikan kebolehan kiat India melebarkan batas resepsi filmnya di dunia, dengan keberhasilan Slumdog Millionaire,- yang tak saja meraih delapan Oscar, namun juga kembali meletakkan sinema Bollywood sebagai menu dan isu seksi dalam etalase perfilman dunia.

Dari sisi ini saja terbukti sudah keunggulan lobi dan diplomasi para produser Bollywood dalam mengadopsi konsep waralaba. Kiatnya sederhana saja : biarlah pembuat atau pemodalnya orang Amerika, asalkan hasil sepenuhnya tetap film India. Bila Slumdog Millionaire sukses menggebrak pasar dunia, maka Chandni Chowk in China diarahkan untuk menembus pasar Asia Timur, yang dianggap sebagai ceruk tersendiri yang potensial dari segi komersial, dan memiliki basis penonton yang yang fanatik terhadap genre film laga.

Sesuai konsep jualan (harus dibedakan dengan Slumdog Millionaire yang dibuat untuk meraih gengsi ) Chandni Chowk in China berkisah tentang pemuda semau gue bernama Sidhu (dimainkan dengan bagus oleh Akshay Kumar ) yang hidup sebagai penjaja makanan di pinggiran jalanan Chandni Chowk, kawasan urban berpenduduk padat di Delhi. Pemuda yang setengah mati mendambakan cinta Chaki (Deepika Padukone ) amatlah heran ketika didatangi dua petani Cina yang mengatakan bila dirinya adalah penjelmaan Liu Shiang, pahlawan mereka. Kedua nya memang mencari pendekar untuk membebaskan desa mereka dari cengkeraman Hojo (Gordon Liu) si penjahat keji.

Sidhu akhirnya berangkat ke China bersama Chaki. Segalanya jadi berantakan saat dia keliru menggandeng seorang dara yang mirip Chaki, padahal sebenarnya adalah Meow Meow, seorang pembunuh bayaran (juga dimainkan oleh Deepika), sedangkan polisi menangkap Chaki, yang dikira Meow Meow. Dalam upaya untuk menyelamatkan Chaki, Sidhu menyadari bila keduanya adalah pasangan kembar. Untuk menghhadapi ancaman kawanan Hojo, tentu saja Sidgu terlibat perualangan yang kocak dab seru yang kemudian menjadikannya sebagai pendekar yang menaklukkan Hojo.

Chandni Chowk to China yang memadu beberapa genre pun mengalir liar lengkap membuka segmen baru Bollywood dengan adegan tata kelahi slapstick ala Jackie Chen. Seperti Sawaariya (2007) yang didanai Sony,- Chandni Chowk (dana Warner Brothers ) mewakili investasi perusahaan besar Hollywood di blantika sinema India. Warner bahkan

Memutar film ini di 120 bioskop utamanya di 50 kota besar dunia.

Kekuatan film seni

Manjunath.Pendakur dalam bukunya; Indian Popular Cinema: Industry, Ideology and Consciousness (Cresskill, NJ: Hampton Press, 2003) menyebutkan bahwa India telah lama beranjak dari gaya sinema tradisional mereka, yang bermula dari konsep film seni yang mengangkat tema lokalitas, seperti yang diawali oleh sutradara legendaris; Satyajit Ray yang menggebrak dunia dengan karya jempolannya, trilogi Apu, yakni Pather Panchali (1955), Aparajito (1957) dan The World of Apu (1959). Para kritikus film dunia memuji film art India yang menonjolkan nilai humanisme universal. Ketika industri film India tumbuh pesat di tahun ’70-an yang ditandai dengan melonjaknya produksi film laga dan melodrama yang menjual air mata, - film seni masih menjadi kekuatan India di blantika sinema dunia. Misalnya, Satyajit Ray masih berjaya dengan film The Chess Players (1977) di berbagai kancah festival film utama.

Paduan kensep film seni yang digarap dengan bentuk narasi dan idiom budaya pop, bahasa gambar puitis agaknya sedang menjadi jurus favorit sineas India masa kini. Gaya ini menjadi andalan film Bollywood kontemporer yang mulai pede untuk menyerbu pasar film Eropa dan Amerika, seperti film Delhi-6 (2009) karya Rakeysh Omprakash Mehra ) dan Luck By Chance (2009) yang disutradarai oleh Zoya Akhtar.

Bila Delhi-6 menampilkan bintang idola masa kini seperti Abhishek Bachchan, Sonam Kapoor, Waheeda Rahman, Rishi Kapoor,- Luck By Chance malah bertaburan dengan nama beken seperti Farhan Akhtar, Konkona Sen Sharma, Hrithik Roshan, Isha Sharvani, Juhi Chawla, Dimple Kapadia, Sanjay Kapoor, disamping penampilan khusus para legenda Bollywood seperti Shabana Azmi, Shahrukh Khan, Rani Mukherjee, Kareena Kapoor, Dia Mirza, Ranbir Kapoor, Vivek Oberoi dan beberapa lagi.

Delhi-6 berkisah tentang Roshan (Abhishek Bachchan) seorang Amerika keturunan India, yang menemani neneknya (Waheeda Rahman) yang sakit dan merindukan kampung halamannya. Walau telah lama tinggal di Amerika, sang nenek masih mempunyai sebuah rumah di pinggiran Delhi.lama. Walau raga Roshan sepenuhnya India, bicara dalam bahasa Hindi, namun dia memandang India dari sudut pandang Amerika sepenuhnya : Sebuah tempat yang menarik, penuh warna sekaligus brengsek, korup dan menjengkelkan. Roshan sempat berontak terhadap situasi ini dan menantang Ranvijay (Vijay Raaz) polisi brengsek. Namun pertemuannya dengan si cantik Bittu (Sonam Kapoor) yang ingin menjadi bintang reality TV, membuatnya sadar akan realitas yang harus diterimanya.

Luck By Chance juga berkisah tentang mimpi kaum muda India dalam gemerlap mimpi kemashuran. Vikram Jaisingh (Farhan Akhtar) datang ke Mumbai untuk mengejar mimpi menjadi aktor kondang. Ternyata dia harus menjawab tantangan keras bahwa Bollywood cukup kejam bagi mereka yang belum punya nama. Di sela perjalanan Roshan mengejar peran, dia jatuh cinta dengan Sona Mishra (Konkona Sen Sharma), ‘aktris’ yang menjadi simpanan ‘produser’ Chowdhury (Alyy Khan). Semua gemerlap Mumbai sebagai ibukota Bolltwood ternyata hanya tirai ilusi. Chowdhury hanya seorang agen, yang menikmati tubuh Mishra dengan menjanjikan peran besar, yang tak pernah dfidapatkannya. Bisnis film di Mumbai adalah medan perjuangan. Yang harus dilewati dengan nepotisme, KKN, mengorbankan idealisme, menjual diri, atau sepenuhnya berharap dari keberuntungan, yang suatu saat memang mampu merubah seseorang menjadi bintang.

Narasi cerita, idiom gambar dan sudut pandang permasalahan yang diangkat film India masa kini memang telah beranjak ke depan. Melodrama tetap ada, tapi sudah hadir dalam kemasan yang memikat untuk dijual ke pasaran dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar